teks berjalan

SELAMAT DATANG DI BLOG NJONI

Jumat, 17 September 2010

Klaten_Musem gula Gondang Baru

nbsp;    Pabrik Gula Gondang Baru, berdiri tahun 1860, dengan nama : Pabrik Gula Gondang Winangoen.Pertama kali pabrik ini menggunakan tubin air sebagai penggerak mesinnya. setelah James Watt menemukan mesin uap, maka untuk memperbesar kapasitas giling,digunakan mesin uap sebagai penggerak utama. Mesin uap tertua di PG ini adalah : B LAHAYE dan BRISSONEANT buatan Prancis tahun 1884 yang sampai skg ini masih bisa berfungsi dengan baik. Demikian juga mesin2 lain peninggalan abad XIX yang masih baik dan menghasilkan gula bermutu tinggi sehingga merupakan daya tarik bagi Wisatawan.

     Di Museum Gula Gondang Baru, kita bisa menelusuri sejarah pabrik gula. Di masa pendudukan Jepang, pabrik gula tersebut sempat berhenti berproduksi dan diubah menjadi pabrik serta gudang senjata bala tentara Jepang. Baru setelah masa kemerdekaan, pabrik gula tersebut kembali difungsikan lagi.Letak museum PG Gondang Baru sangat strategis karena berada persis di tepi jalan utama/ jalan raya yang menghubungkan kota Yogyakarta dengan Kota Solo yang terletak di wilayah Desa Gondang Winangun, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.Museum ini didirikan di sebuah gedung bekas tempat tinggal di sebelah barat pabrik gula Gondang Baru yang pada saat ini merupakan bagian dari unit usaha PT. Perkebunan Nusantara IX.

     Museum ini menempati sebuah bangunan lama, yang bergaya arsitektur klasik Eropa. Bangunan museum didirikan di atas areal tanah seluas 1.261,20 meter persegi dengan luas bangunan 240 meter persegi yang terdiri dari ruang pameran tetap, perpustakaan, lavatory, dan musholla, seta dilengkapi dengan ruang auditorium seluas 753 meter persegi.

     Koleksi yang dimiliki terdiri dari peralatan untuk menanam tebu sampai dengan peralatan pengolahan tebu menjadi gula pasir seperti: peralatan tanam tebu tradisional, macam–macam bibit dan penyakit tanaman tebu, alat–alat perawatan tanaman tebu, alat–alat pengolah tebu menjadi gula pasir, miniatur pabrik gula, alat–alat administrasi pada pabrik gula, sarana pengangkut tebu, macam–macam jenis hama tebu, serta beberapa foto penunjang. Foto-foto penunjang, antara lain: foto pabrik gula lama, foto upacara giling pertama, tiruan visualisasi ruang administrasi lama dan lain-lain. Museum ini juga dilengkapi dengan perpustakaan, mushola, ruang pertemuan, dan cafe kecil untuk bersantai.

     Ketika masuk ke Pabrik Gula Gondang Baru, kita bisa menyaksikan proses produksi gula secara langsung. Produksi gula melewati tahap pemerahan nira untuk mendapatkan sari gula, pemurnian nira dengan sulfitasi, penguapan nira, kristalisasi, puteran gula, dan pengemasan. Sambil mencermati proses produksinya, anda juga bisa melihat mesin-mesin tua yang menjadi alat produksi di pabrik ini. Pabrik Gula Gondang sekarang memang multi fungsi, selain dapat menyaksikan proses penggilingan tebu, menyaksikan sejarah Pabrik Gula di Museum Gula, pelataran Taman Pabrik yang luas sekarang juga bisa dimanfaatkan untuk bermacam kegiatan atau event, seperti pernikahan dan sebagianya.




















Read More......

Klaten_Pemandian Cokro Tulung

     Pemandian Cokro Tulung, Terletak di Tulung Klaten, Jawa Tengah. Pada saat memasuki kawasan obyek wisata ini langsung terasa suasana kesejukannya karna keadaan lingkungan sekitar yang serba hijau dengan rerimbunan pepohonan serta kicauan burung-burung langsung membuat saya berdecak kagum, apalagi akses masuk menuju obyek wisata tersebut harus melewati jembatan gantung dari kayu.

       Pembangunan Pemandian Cokro Tulung yang dilaksanakan secara bertahap, sudah dimulai sejak 2008 dengan pembangunan waterboom. Pada tahun 2009 ini, pembangunan dilanjutkan dengan antara lain, pembangunan tempat parkir, pembangunan waterboom dengan ukuran raksasa sampai pembangunan jembatan permanen menuju lokasi objek wisata. Juga dilakukan pembangunan sarana pendukung lain, seperti kios untuk penjualan cendera mata dan pusat oleh-oleh khas Klaten.

     Harapan saya, ke depan, setelah Pemandian Cokro Tulung ini dibangun dengan dilengkapi berbagai fasilitas maupun aneka permainan, objek wisata ini dapat menjadi ikon maupun maskotnya Kabupaten Klaten. Maksudnya, semoga ke depan, objek wista Cokro Tulung ini benar-benar dapat menjadi objek wisata andalan dan menjadi tujuan wisata dari wisatawan dari luar daerah bahkan menjadi tujuan wisata para turis asing.
Objek wisata Cokro Tulung ini merupakan aset besar yang dimiliki Pemkab Klaten, karena itu harus dikembangkan dan dikelola dengan sebaik-baiknya.













Read More......

Kartasura_Pasar Kartasura

Pasar Kartasura, Pasar yang terletak di pusat kartasura ini merupakan pasar traditional yang telah berdiri sejak lama. Pasar ini mengalami 3 kali masa perubahan sampai akhirnya menjadi pasar Kartasura sekarang ini. Awal berdirinya pasar ini masih sangat traditional, dimana jalan-jalan di tengah pasar dan menuju ke pasar masih becek. sekitar tahin 90-an pasar ini dilakukan pemugaran, dengan perbaikan disetiap lini dan pengaturan tempat jualan.

Dengan adanya pemugaran tersebut maka Pasar sempat dipindahkan ke lapangan Singopuran, dengan fasilitas seadanya pedagang masih berdagang seperti bisanya. Setelah Pasar Kartasura selesai di renovasi maka kepindahanpun dilakukan dan penataan pasar sekarang menjadi lebih teratur.

Diluar pasar kita bisa temui berbagai macam makanan traditional dijajakan, alat-alat masak traditional juga masih dijajakan. Selain itu di sebelah barat pasar ini kita masih bisa temui delman/ dokar yang masih mengantri untuk melayani penumpang.

Dilantai dasar pasar kartasura kita bisa temui penjual pakaian, tas, alat-alat tulis kantor, penjual emas dan penjual alat-alat pertanian dipisah berdasarkan tipe barang yang mereka jual.

Di lantai atas pasar kartasura, kita bisa temukan berbagai macam daging, bumbu masak, sayur mayur yang dijual disana.

Di awal tahun 2000-an Pasar ini mengalami kejayaan dimana pasar kartasura ini selalu ramai dari pagi hingga sore hari dengan banyaknya pembeli, hampir bisa dikatakan pasar ini adalah tempat teramai di kartasura.
Karena tuntutan jaman dan semakin bertumbuh kembangnya mall di solo, kartasura dan sekitarnya maka pasar kartasura yang dahulunya ramai oleh pembeli sekarang menjadi pasar yang kurang diminati. Walaupun kadang-kadang menjelang hari raya pasar ini tetap menjadi Idola para ibu-ibu untuk berbelanja.














Read More......

Rabu, 15 September 2010

Klaten_Pemancingan Janti

Pemancingan Janti, Salah satu tempat wisata kuliner yang sudah sangat dikenal di Kota Klaten adalah pemancingan Janti. pemancingan Janti sudah sejak lama menjadi alternatif tujuan bagi masyarakat Klaten dan sekitarnya untuk berwisata, mulai dari menghabiskan waktu di akhir pekan, ulang tahun, reuni, arisan, pertemuan keluarga, atau sekedar ingin mancing ikan saja.

 Pemancingan janti terletak di Desa Janti.Kecamatan Polanharjo  ini merupakan salah satu Desa wisata di kota Klaten.ada rumah makan lengkap dengan arena pemancingan ikan, kebanyakan bernuansa lesehan,bahkan di beberapa pemancingan yang cukup besar terdapat kolam renang dan fasilitas bermain anak-anak.setiap rumah/pemancingan diberi nomer-nomer tertentu yang menjadi identitas/nama pemancingan yang antara satu dengan yang lainnya tidak akan sama.

Menu makanan yang di tawarkan di setiap pemancingan hampir bisa dibilang sama dan tentu saja berhubungan dengan ikan air tawar, mulai dari kakap, bawal, lele, nila, mujair dan dll.menu makaman ini dimasak dengan digoreng maupun di bakar selain bisa menikmati kegiatan memancing dan berwisata kuliner,di Desa Janti juga menawarkan keasrian desa yang begitu hijau dengan hamparan persawahan maupun bunyi gemericik sungai. di kawasan Polanharjo ini terkenal banyak memiliki sumber mata air alami (umbul) sehingga tidak heran air yang mengalir di sungai pun kadang begitu jernih yang bisa dijadikan tempat berenang atau sekedar bermain air yang tentu saja sensasi yang didapatkan berbeda jika berenang di kolam renang..

Keberadaan sumber mata air jernih ini selain dipergunakan oleh PDAM setempat, juga telah membuat salah satu produsen air mineral kemasan terkenal di negeri ini "mengambil" air di kawasan ini,meskipun banyak pula yang mengkritisi "pengambilan" air tersebut mungkin ditakutkan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas debit air di daerah sekitarnya

Anda ingin merasakan enaknya ikan goreng ataupun ikan bakar yang berbumbu khas Klaten dengan ditemani gemericik air dan hirupan udara yang masih menyegarkan? Silakan bertandang kesana..









Read More......

Senin, 06 September 2010

Kartasura_Kraton Kartasura

Kartasura, Mata Rantai yang Terlupakan

Sejarah mencatat, Keraton Kartasura pernah menjadi pusat pemerintahan negara Mataram. Namun, kini kondisinya tak lebih dari tembok tua yang menunggu hancur.

BEGITULAH nasib Keraton Kartasura saat ini. Tak ada lagi bangunan istana megah di sana. Satu-satunya yang tersisa di lahan seluas 2 hektare di Kelurahan Kartasura, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, itu hanyalah Benteng Sri Manganti.

Kendati relatif masih utuh, kondisi tembok batu bata setinggi 3 meter dengan tebal setengah meter itu memprihatinkan. Tanaman merambat dan lumut merayapi badannya. Beberapa bagian dinding bahkan ambrol termakan usia dan diterjang akar liar.Dulunya, Keraton Kartasura dibangun sangat megah. Buku Babad Tanah jawi menggambarkan kompleks ini sangat kokoh. Bentengnya saja dibuat dua lapis, yakni Baluwarti di bagian terluar dan Sri Manganti pada bagian dalam.Di sekeliling Benteng Baluwarti terdapat parit lebar berair dan tanaman semak berduri sebagai alat pertahanan. Namun kini benteng Baluwarti sudah hancur, hanya sekitar 100 meter yang masih berdiri, selebihnya telah menjelma jadi permukiman warga.Di dalam benteng Sri Manganti terdapat bangunan utama keraton, masjid agung, gedong obat tempat menyimpan mesiu, dan sejumlah bangunan pendukung lain. Di sisi utara benteng terdapat alun-alun dan taman kerajaan yang kini dikenal dengan nama Gunung Kunci.


Keraton Kartasura dibangun sekitar 1680 pada masa pemerintahan Raja Mataram, Sunan Amangkurat II. Karena sang raja tidak berkenan lagi kembali ke Keraton Pleret di Kota Gede, Yogyakarta, setelah diporakpo-randakan pasukan pemberontak pimpinan Raden Trunajaya dari Sampang, Madura.Sunan Amangkurat II juga yang mengganti namanya dari Wonokerto menjadi Kartasura. Sekaligus memindahkan ibu kota Negara Mataram ke tempat ini. Lebih kurang 23 tahun lamanya Sunan Amangkurat II bertakhta di keraton ini. Se-peninggalnya, pemerintahan diteruskan putranya, Pangeran Adipati Anom.

Namun, itu tidak berlangsung lama. Pertikaian dengan pamannya, Pangeran Puger, yang kemudian dinobatkan sebagai Sunan Paku Buwono I memaksanya kehilangan takhta. Ketika Paku Buwono I wafat pada sekitar 1719, tampuk pemerintahan diteruskan putranya yang bergelar Susuhunan Prabu Amangkurat. Ia wafat pada 1727 dan digantikan putranya, Pangeran Prabayasa, yang bergelar Sunan Paku Buwono II.Pada masa pemerintahan Paku Buwono II inilah terjadi kehancuran Keraton Kartasura sebagai akibat pemberontakan yang dilakukan RM Garedhi, cucu Sunan Amangkurat III, yang bekerja sama dengan, warga Tionghoa.

Dengan menyimak sejarah panjang tersebut, tidak salah kiranya jika Keraton Kartasura disebut sebagai salah satu simpul penting sejarah perjalanan bangsa. Sayang, kini kompleks bangunan yang sepeninggal Paku Buwono II difungsikan sebagai kompleks pemakaman ini cenderung terlupakan."Dan sejak Paku Buwono X wafat, tidak ada lagi yang memperhatikan tempat ini," kata Haris, abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta yang dipercaya menjadi juru kunci benteng, Kamis (11/3).Selaku orang yang mendapatkan kepercayaan, Haris mengaku teiah berupaya sekuat mungkin untuk merawatnya. Namun, karena keterbatasan dana, ia tidak bisa berbuat banyak.

"Selama ini biaya perawatan hanya mengandalkan sumbangan dari pengunjung dan peziarah. Ada juga bantuan dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, Rp200 ribu setiapbulan," kata Haris.Pemasukan tefsebut, menurut Haris, hanya cukup untuk membiayai perawatan ringan. Terlebih sejak 2005 pihak Keraton Surakarta tidak lagi mengizinkan ada aktivitas ziarah malam Jumat ke tempat ini. Praktis, pemasukan yang didapatkan menurun tajam."Pendopo yang dibangun Paku Buwono X itu, kondisinya sudah sangat parah. Namun, apa boleh buat, tidak ada dana untuk memperbaikinya," kata Haris sembari menunjuk sebuah bangunan pendopo kecil di tengah benteng.

Kondisi bangunan yang berjarak sekitar 15 meter dari rumah tinggal Haris itu memang sudah parah. Lantainya yang terbuat dari semen dan batu bata sudah pecah di sana-sini. Kerangka kayu penyangga atapnya sudah mulai miring, sebagian Sudah dimakan rayap. Padahal, bangunan itu masih sering digunakan peziarah.Keprihatinan terhadap nasib Keraton Kartasura disuarakan budayawan Solo, Winarso Ka-linggo. Sebagai salah satu jejak sejarah, menurut Ketua Komite Museum Radyapustaka Solo ini, semestinya bukan hanya pihak keraton yang memiliki tug.is merawatnya, melainkan juga pemerintah.

Sejarawan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Soedarmono justru melihat nasib Keraton Kartasura saat ini tidak terlepas dari naluri siklus sumbu pendek yang dianut Dinasti Mataram dan keturunannya. Berdasar siklus tersebut, saat memasuki usia 250 tahun, lokasi kerajaan harus berpindah ke tempat yang baru. Lokasi yang lama ditinggalkan begitu saja dan digunakan sebagai permakaman.Kalau dihitung dari saat pendirian Keraton Kartasura hingga Keraton Surakarta, siklus itu terbukti benar. Begitu pula dengan rentang waktu dari Keraton Pleret di Kota Gede dengan Keraton Kartasura. "Nah, mengapa Keraton Surakarta masih ada sampai saat ini? Itu karena saat memasuki siklus tersebut di disongsong zaman kemerdekaan Republik Indonesia," kata Soedarmono.Ia menambahkan, kendati secara tradisi bisa diterima, dari sisi sejarah semestinya Keraton Kartasura tetap dipertahankan dan dilestarikan. Karena bagaimanapun dia merupakan jejak sejarah

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Read More......

Surakarta_Taman Sriwedari

Taman Sriwedari, adalah sebuah kompleks taman di Kecamatan Lawiyan, Kota Surakarta. Sejak era Pakubuwana X, Taman Sriwedari menjadi tempat diselenggarakannya tradisi hiburan Malam Selikuran. Sriwedari juga pernah menjadi lokasi penyelenggaraan PON I pada tahun 1948.




















Read More......

Surakarta_Kampung Batik Laweyan

Kampoeng Batik Laweyan


Kawasan sentra industri batik ini sudah ada sejak zaman kerajaan Pajang tahun 1546 M. Seni batik tradisional yang dulu banyak didominasi oleh para juragan batik sebagai pemilik usaha batik, sampai sekarang masih terus ditekuni masyarakat Laweyan sampai sekarang.

Sebagai langkah strategis untuk melestarikan seni batik, Kampung Laweyan didesain sebagai kampung batik terpadu, memanfaatkan lahan seluas kurang lebih 24 ha yang terdiri dari 3 blok. Konsep pengembangan ini untuk memunculkan nuansa batik yang dominan yang secara langsung akan mengantarkan para pengunjung pada keindahan seni batik. Di antara ratusan motif batik yang dapat ditemukan di Kampung Batik Laweyan, jarik dengan motif Tirto Tejo dan Truntum jadi ciri khan Batik Laweyan.

Pengelolaan Kampung Batik Laweyan ditujukan untuk menciptakan suasana wisata dengan konsep utama "Rumahku adatah Galeriku". Artinya rumah memiliki fungsi ganda sebagai showroom sekaligus rumah produksi.

























 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Read More......

Surakarta_Kampung Batik Kauman

Jalan2 ke Kampung Wisata Batik Kauman Solo.

Di Solo ada dua komunitas besar yang bergelut dengan batik, Kampoeng Batik Laweyan & Kampoeng Wisata Batik Kauman, kemudian ada tiga besar saudagar batik besar: Semar, Danarhadi dan Keris, sementara masih banyak lagi pengusaha batik yang tersebar dikota Solo baik itu yang menengah atau yang home industry.

Batik sebagai asset budaya dan sebagai penunjang ekonomi rakyat memang harus seiring sejalan. Geliat batik benar2 terasa dikota Solo, ini bisa dilihat dengan gairah para usahawan batik yang berada di Kampoeng Batik Laweyan dan yang di Kampung Wisata Batik Kauman, mulai dari yang cuma sebagai kepanjangan usaha dari pengrajin, kemudian ada yang memang kuat modalnya & memang mem-perkerjakan pengrajin, hingga yang menjual khusus batik tulis, batik cap , motif pakem sampai dengan yang kontemporer. Lorong2 Kampung Kauman benar2 terasa hidup, walau utamanya batik, tapi usaha lain pun tak kalah ikut meriah, seperti mereka yang berjualan baju muslim & kerudung, warung makan sampai homestay.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Read More......

Surakarta_Taman Balekambang

TAMAN BALEKAMBANG, Taman yang terletak di Jl. Ahmad Yani ini dahulu bernama Pratinah Bosch dan dibangun oleh kerabat Mangkunegaran. Kemudian dinamakan Bale Kambang, karena di taman tersebut terdapat sebuah kolam ikan dan kolam renang yang di tengahnya terdapat rumah istirahat yang nyaman, dan dikelilingi kebun bunga yang sangat indah. Disamping itu ditempat ini terdapat pula Gedung Kesenian Ketoprak Tradisional Bale dan kafe yang dikelola oleh seniman muda Surakarta. Hal ini menjadikan perpaduan kesenian tradisional dan modern dalam suatu tempat yang menjadikannya suatu keunikan tersendiri.



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Read More......

Minggu, 05 September 2010

Surakarta_Pasar Klewer

Pasar Klewer, yang dulunya berasal dari pedagang Pasar Slompretan yang terletak di jalan Dr. Rajiman (dahulu dikenal dengan nama Secoyudan) di Kelurahan Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon. Pasar Klewer memiliki spesifikasi aktifitas bursa textil dan batik terbesar di Kota Solo dan sekitarnya bahkan terkenal di seluruh Indonesia.


Pasar Klewer merupakan aset Kota Surakarta yang berdiri diatas tanah seluas 12.950 m2. Tanah tersebut merupakan tanah eks Swapraja/Pasar Slompretan yang kemudian dikuasai Pemerintah Kota Surakarta dengan status Hak Pakai No.8

Pasar Klewer dibangun dalam 2 (dua) tahap :

Tahap pertama: Pasar Klewer bagian barat terdiri dari 2 (dua) lantai, selesai dibangun dan diresmikan pada tanggal 9 Juni 1971 oleh Presiden RI Soeharto.

Tahap kedua: Pasar Klewer bagian timur terdiri dari 1 (satu) lantai, selesai dibangun dan diresmikan pada tanggal 27 Desember 1986 oleh Gubernur Jawa Tengah H. Ismail.

POTENSI PASAR :

Luas Tanah 12.950 m2
Spesifikasi Dagangan Texstil, Batik
Jumlah Kios 2.210 buah
Jumlah Pedagang Th. 2010 2.210 pedagang
Jumlah Pedagang Oprokan 600 pedagang



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Read More......

Surakarta_Malam 1 suro

Malam Satu Suro (Solo)

Malam satu suro dalam masyarakat Jawa adalah suatu perayaan tahun baru menurut kalender Jawa. Malam satu suro jatuh mulai terbenam matahari pada hari terakhir bulan terakhir kalender Jawa (30/29 Besar) sampai terbitnya matahari pada hari pertama bulan pertama tahun berikutnya (1 Suro).

Di Keraton Surakarta upacara ini diperingati dengan Kirab Mubeng Beteng (Perarakan Mengelilingi Benteng Keraton). Upacara ini dimulai dari kompleks Kemandungan utara melalui gerbang Brojonolo kemudian mengitari seluruh kawasan keraton dengan arah berkebalikan arah putaran jarum jam dan berakhir di halaman Kemandungan utara. Dalam prosesi ini pusaka keraton menjadi bagian utama dan diposisikan di barisan depan kemudian baru diikuti para pembesar keraton, para pegawai dan akhirnya masyarakat. Suatu yang unik adalah di barisan terdepan ditempatkan pusaka yang berupa sekawanan kerbau albino yang diberi nama Kyai Slamet yang selalu menjadi pusat perhatian masyarakat.






































Read More......

Surakarta_Kraton Solo

Keraton Surakarta atau lengkapnya dalam bahasa Jawa disebut Karaton Surakarta Hadiningrat adalah istana Kasunanan Surakarta. Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada tahun 1744 sebagai pengganti Istana/Keraton Kartasura yang porak-poranda akibat Geger Pecinan 1743. Istana terakhir Kerajaan Mataram didirikan di desa Sala (Solo), sebuah pelabuhan kecil di tepi barat Bengawan (sungai) Beton/Sala. Setelah resmi istana Kerajaan Mataram selesai dibangun, nama desa itu diubah menjadi Surakarta Hadiningrat. Istana ini pula menjadi saksi bisu penyerahan kedaulatan Kerajaan Mataram oleh Sunan PB II kepada VOC di tahun 1749. Setelah Perjanjian Giyanti tahun 1755, keraton ini kemudian dijadikan istana resmi bagi Kasunanan Surakarta.

Keraton (Istana) Surakarta merupakan salah satu bangunan yang eksotis di zamannya. Salah satu arsitek istana ini adalah Pangeran Mangkubumi (kelak bergelar Sultan Hamengkubuwono I) yang juga menjadi arsitek utama Keraton Yogyakarta. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika pola dasar tata ruang kedua keraton tersebut (Yogyakarta dan Surakarta) banyak memiliki persamaan umum. Keraton Surakarta sebagaimana yang dapat disaksikan sekarang ini tidaklah dibangun serentak pada 1744-45, namun dibangun secara bertahap dengan mempertahankan pola dasar tata ruang yang tetap sama dengan awalnya. Pembangunan dan restorasi secara besar-besaran terakhir dilakukan oleh Susuhunan Pakubuwono X (Sunan PB X) yang bertahta 1893-1939. Sebagian besar keraton ini bernuansa warna putih dan biru dengan arsitekrur gaya campuran Jawa-Eropa.

Secara umum pembagian keraton meliputi: Kompleks Alun-alun Lor/Utara, Kompleks Sasana Sumewa, Kompleks Sitihinggil Lor/Utara, Kompleks Kamandungan Lor/Utara, Kompleks Sri Manganti, Kompleks Kedhaton, Kompleks Kamagangan, Kompleks Srimanganti Kidul/Selatan (?) dan Kemandungan Kidul/Selatan, serta Kompleks Sitihinggil Kidul dan Alun-alun Kidul. Kompleks keraton ini juga dikelilingi dengan baluwarti, sebuah dinding pertahanan dengan tinggi sekitar tiga sampai lima meter dan tebal sekitar satu meter tanpa anjungan. Dinding ini melingkungi sebuah daerah dengan bentuk persegi panjang. Daerah itu berukuran lebar sekitar lima ratus meter dan panjang sekitar tujuh ratus meter. Kompleks keraton yang berada di dalam dinding adalah dari Kemandungan Lor/Utara sampai Kemandungan Kidul/Selatan. Kedua kompleks Sitihinggil dan Alun-alun tidak dilingkungi tembok pertahanan ini.




Read More......